Sabtu, 24 Oktober 2009

Harry Potter dan Relikui Kematian


Untuk film yang berdasarkan novel ini, lihat Harry Potter and the Deathly Hallows.

Harry Potter dan Relikui Kematian

Harry potter deathly hallows US.jpg










































Harry Potter dan Relikui Kematian (Inggris: Harry Potter and the Deathly Hallows) adalah buku ketujuh dan terakhir dari seri novel Harry Potter oleh J. K. Rowling.

Versi terjemahan dalam bahasa Indonesia ini akan diterbitkan dalam versi hardcover dan softcover, masing-masing pada 13 dan 26 Januari 2008.[1] Sebelumnya, versi bahasa Inggris Deathly Hallows, diluncurkan secara serentak di seluruh dunia di 93 negara[2], pada tanggal 21 Juli 2007, satu menit setelah tengah malam (00:01), British Summer Time.


"JK Rowling telah selesai menulis Harry Potter and the Deathly Hallows di ruangan ini (652) pada 11 Januari 2007."[5]

Dalam situsnya pada 6 Februari 2007, Rowling menyatakan

"Walaupun saya menyukai setiap buku Potter sebelumnya, 'Deathly Hallows' adalah favorit saya, dan ini adalah sebuah cara yang sangat menyenangkan untuk menyelesaikan serial ini."[6]

Buku ini mendapat predikat best-seller di Amazon dan Barnes and Noble hanya beberapa jam setelah tanggal peluncurannya diumumkan.[7]

Meninggalkan rumah Dursley

Harry Potter memasuki umur 17 tahun di mana ia mencapai umur kedewasaan secara dunia sihir. Sebelum berumur 17 tahun, Harry masih terlindung dari Voldemort selama ia tinggal di rumah keluarga Dursley yang memiliki pertalian darah dengannya. Dengan memasuki umur kedewasaannya, mantera itu akan terangkat dengan sendirinya dan mengharuskan Harry untuk melindungi dirinya sendiri.

Atas informasi dari Severus Snape, Lord Voldemort dan para pengikutnya mengetahui informasi mengenai akan terangkatnya mantera perlindungan ini dan berencana untuk menyergap Harry ketika ia akan meninggalkan rumah keluarga Dursley. Voldemort juga sedang mencari tongkat sihir baru yang dapat mengatasi tongkat sihir Harry. Sesaat sebelum mantera perlindungan Harry berakhir, keluarga Dursley diamankan ke tempat yang dirahasiakan, dan beberapa anggota Orde Phoenix tiba untuk mengawal Harry ke tempat yang aman. Enam orang menyamar sebagai Harry, tapi Harry yang asli ketahuan dalam perjalanan dan diserang oleh Voldemort dan para Pelahap Mautnya. Harry berhasil melarikan diri ke rumah keluarga Weasley, the Burrow, tapi Hedwig dan Mad-Eye Moody terbunuh dalam pertempuran.

Beberapa hari kemudian, Menteri Sihir Rufus Scrimgeour tiba di kediaman Weasley dan memberikan warisan Dumbledore untuk mereka: Deluminator untuk Ron (alat seperti korek api yang dapat memadamkan/menyalakan cahaya); buku mengenai kisah anak-anak sihir untuk Hermione; dan untuk Harry, pedang Godric Gryffindor dan Snitch pertama yang ditangkap Harry dalam pertandingan Quidditch pertamanya. Namun demikian, pedang Gryffindor ditahan oleh Menteri Sihir, karena kementerian berpendapat bahwa pedang tersebut bukanlah milik Dumbledore. Belakangan, dari Snitch itu muncul sebuah petunjuk yang ditulis oleh Dumbledore: "Aku membuka pada akhirnya" (bahasa Inggris: "I open at the close"). Walaupun ketiganya belum dapat mengetahui mengapa Dumbledore meninggalkan masing-masing mereka benda-benda tersebut, mereka mempercayai bahwa benda-benda itu dimaksudkan entah bagaimana untuk membantu mereka menemukan [horcrux-horcrux] Voldemort.

Pencarian Horcrux

Dalam resepsi pernikahan Bill Weasley dan Fleur Delacour, Patronus dari Kingsley Shacklebolt muncul dengan peringatan bahwa Kementerian Sihir telah jatuh dan para Pelahap Maut sedang mendatangi mereka. Harry, Ron, dan Hermione melarikan diri dengan berdisapparate, dan akhirnya berlindung di markas besar Orde Phoenix yang telah ditinggalkan di Grimmauld Place nomor dua belas, rumah yang diwarisi Harry dari Sirius Black. Di rumah ini, Harry mendapati bahwa ternyata adik Sirius, Regulus yang tewas oleh Voldemort, memiliki nama Regulus Arcturus Black yang berinisial sama dengan "R.A.B." yakni orang yang mengambil Horcrux liontin Salazar Slytherin dari gua pinggir laut yang tersembunyi.[HP6] Hermione teringat pernah melihat sebuah liontin di antara barang-barang milik Kreacher, peri rumah di tempat itu. Kreacher merujuk Mundungus Fletcher yang mengakui telah mencuri liontin itu dari si peri rumah dan menggunakannya untuk menyogok Dolores Umbridge. Yakin bahwa liontin itu salah satu Horcrux yang sedang mereka cari, ketiganya memasuki Kementerian Sihir menggunakan samaran Ramuan Polijus. Mereka berhasil mengambil liontin itu dari leher Umbridge tanpa disadarinya, tapi tempat persembunyian mereka di Grimmauld Place berhasil diketahui musuh.

Ketiga sahabat itu melarikan diri. Mereka tidak berhasil membuka apalagi menghancurkan liontin itu, dan bergantian memakai liontin itu untuk menjaganya. Mereka juga berhasil mengetahui bahwa pedang "warisan Dumbledore" yang ditahan oleh kementerian sebenarnya adalah pedang tiruan; dan bahwa pedang Gryffindor yang aslilah yang dapat menghancurkan Horcrux-Horcrux itu. Harry hendak mencari pedang itu, tapi Ron, yang khawatir akan keamanan keluarga dan kecewa karena ternyata Harry tidak memiliki rencana apa pun dari Dumbledore, meninggalkan Harry dan Hermione. Keduanya kemudian pergi ke Godric's Hollow untuk mencari pedang itu. Di sana, mereka disergap oleh Voldemort dan Nagini. Ketika mereka berhasil melarikan diri, Hermione tanpa sengaja mematahkan tongkat sihir Harry.

Di Hutan Dean, Harry melihat sebuah Patronus berbentuk Rusa betina di dekat tempat mereka berkemah. Patronus itu membawanya ke sebuah kolam es berisikan pedang Gryffindor. Ketika Harry berusaha untuk menyelam ke dalam kolam es untuk mengambil pedang tersebut, Horcrux liontin yang dikenakannya tiba-tiba mengetat dan berusaha mencekik lehernya. Ron, yang menggunakan Deluminator untuk mencari Harry dan Hermione, tiba dan berhasil menyelamatkan Harry dari tenggelam di kolam itu, mengambil pedang, dan kemudian berhasil menghancurkan liontin itu. Ron memperingatkan Harry dan Hermione bahwa nama Voldemort sekarang telah menjadi dimanterai Tabu - sehingga orang yang berani menyebut nama itu akan menyebabkan tempatnya bersembunyi akan tersingkap..

Relikui Kematian

Simbol Relikui Kematian (the Deathly Halows)

Ketiga sahabat pergi mengunjungi Xenophilius Lovegood, ayah Luna, untuk menanyakan mengenai simbol yang pernah mereka lihat digunakan oleh Xenophilius dan simbol yang sama dengan simbol yang ada di buku anak-anak milik Hermione. Lovegood menyatakan bahwa simbol itu adalah simbol dari Relikui Kematian (the Deathly Hallows), tiga benda legendaris yang dapat menaklukkan kematian: Tongkat sihir Elder (Elder Wand), Batu Kebangkitan (Resurrection Stone), dan Jubah Gaib. Ketika ditekan mengenai keberadaan Luna, Lovegood mengakui bahwa para Pelahap Maut telah menculik putrinya; dan bahwa ia juga telah memberitahu Kementerian Sihir (yang telah dikontrol oleh para Pelahap Maut) mengenai keberadaan ketiganya; namun mereka berhasil melarikan diri.

Beberapa pemburu harta karun menangkap ketiganya di perkemahan mereka setelah Harry secara ceroboh menyebut nama Voldemort. Mereka dipenjarakan di rumah keluarga Malfoy, bersama-sama dengan Luna Lovegood, Dean Thomas, Ollivander si pembuat tongkat sihir, dan goblin Griphook. Ketika menemukan pedang Gryffindor di antara milik mereka, Bellatrix Lestrange mencurigai bahwa mereka telah mencuri masuk ke tempat penyimpanan miliknya di Bank Gringott. Bellatrix menyiksa Hermione untuk mendapatkan informasi. Dobby berapparate ke penjara bawah tanah tempat mereka semua disekap dan menyelamatkan mereka. Petter Pettigrew turun ke bawah tanah untuk menyelidiki kegaduhan dan mencekik Harry, yang mengingatkan bahwa Pettigrew berhutang nyawa kepadanya.[HP3] Cengkeraman Pettigrew melemah, tangan peraknya terlepas dan mencekik tuannya sendiri sampai mati sebagai balasan hutang nyawa itu. Harry dan Ron berlarian menaiki tangga untuk menyelamatkan Hermione. Ron melucuti Bellatrix sementara Harry mengalahkan dan mengambil tongkat sihir Draco. Dobby muncul kembali dan mereka berempat berapparate ke rumah Bill dan Fleur Weasley. Sesaat sebelum mereka menghilang, Bellatrix melemparkan pisau dan secara fatal menembus tubuh Dobby.

Di kediaman Bill, Ollivander membenarkan akan keberadaan Tongkat Elder itu. Ia juga mengungkapkan bahwa sebuah tongkat sihir dapat memilih untuk berganti ke tuan yang baru jika pemiliknya dikalahkan atau dilucuti. Tindakan Bellatrix meyakinkan ketiga sahabat itu bahwa ada Horcrux lain yang disembunyikan di lemari besi Lestrange. Dengan bantuan Griphook, mereka memasuki Gringotts dan berhasil mengambil Horcrux yang lainnya, Piala Helga Hufflepuff. Griphook mencuri pedang Gryffindor, karena menganggap bahwa pedang itu sesungguhnya adalah milik kaum Goblin, dan ketiga sahabat berhasil melarikan Horcrux Piala itu. Dengan kejadian ini, Voldemort, yang berhasil mencuri Tongkat Elder dari makam Dumbledore, menyadari sepenuhnya bahwa Harry Potter dan sahabat-sahabatnya sedang mencari dan menghancurkan Horcrux-Horcruxnya. Secara tidak sengaja, pikiran Harry terhubung dengan pikiran Voldemort yang mengungkapkan bahwa ada satu lagi Horcrux yang disembunyikan di Hogwarts. Harry segera menyadari bahwa Horcrux di Hogwarts ini adalah Mahkota Rowena Ravenclaw.

Pertempuran Hogwarts

Di Hogsmeade, Aberforth Dumbledore membantu Harry, Ron, dan Hermione untuk menyelinap masuk ke Hogwarts. Harry memperingatkan para staf pengajar Hogwarts bahwa Voldemort akan segera datang menyerbu. Orde Phoenix, Laskar Dombledore, para pelajar, dan banyak alumni Hogwarts tiba di sana ketika para pengikut Voldemort tiba menyerang. Pertempuran ini memakan banyak korban, di antaranya adalah Fred Weasley, Remus Lupin, Nymphadora Tonks, dan Colin Creevey. Sementara Harry mencari Horcrux Mahkota itu, Ron dan Hermione memasuki Kamar Rahasia untuk mengambil taring ular Basilisk yang dahulu dibunuh oleh Harry.[HP2] Hermione menggunakan taring itu untuk menghancurkan Horcrux Piala Hufflepuff. Dalam pencarian itu, Harry kemudian teringat bahwa ia pernah melihat Mahkota itu di Kamar Kebutuhan. Di kamar itu, ketiganya diserang oleh Malfoy, Crabbe, dan Goyle. Crabbe mempergunakan mantera Fiendfyre yang sangat kuat yang malah membunuh dirinya sendiri dan juga menghancurkan mahkota itu.

Pikiran Harry terhubung dengan pikiran Voldemort kembali, dan ketiganya segera pergi ke Shrieking Shack. Mereka mendengar Voldemort memberitahu Snape bahwa Tongkat Elder tidak dapat digunakannya dengan baik dikarenakan Snape telah menjadi tuan atas Tongkat itu setelah Snape membunuh pemilik Tongkat itu sebelumnya, Albus Dumbledore.[HP6] Voldemort yakin bahwa dengan membunuh Snape maka Tongkat itu akan menjadi miliknya seutuhnya. Ia menyuruh Nagini untuk membunuh Snape, kemudian pergi ke Hogwarts. Ketika Snape sedang jatuh sekarat, ia memberikan Harry memorinya. Memori ini kemudian mengungkapkan bahwa Snape, sekalipun tidak sepenuhnya baik, adalah orang yang setia kepada Dumbledore, didorong oleh cinta seumur hidupnya kepada ibu Harry, Lily Potter. Dumbledore, yang hidupnya sudah tidak lama lagi akibat kutukan yang mengenainya dari Horcrux Cincin Gaunt, telah menyuruh Snape untuk membunuh Dumbledore bila perlu, untuk melindungi peranan Snape dalam Orde Phoenix dan juga untuk menggantikan Draco Malfoy yang ditugasi Voldemort untuk membunuh kepala sekolahnya. Adalah Snape juga yang mengirimkan Patronus Rusa betina yang mengantar Harry ke pedang Gryffindor. Memori itu juga mengungkapkan bahwa Harry sendiri adalah Horcrux — Voldemort tidak akan dapat dibunuh selama Harry masih hidup.

Pasrah akan nasibnya, Harry pergi seorang diri ke Hutan Terlarang di mana Voldemort telah menunggu. Dalam perjalan itu, Harry menemukan petunjuk dari Snitch, yang membuka dan di dalamnya terdapat Batu Kebangkitan. Harry memanggil arwah dari orang tuanya, Sirius Black dan Remus Lupin, yang menenangkan dan menemaninya ke tempat Voldemort. Ia kemudian membiarkan kutukan Voldemort, Avada Kedavra, mengenai dirinya. Harry terbangun di suatu tempat seperti di dunia lain dan tidak yakin apakah ia masih hidup atau sudah mati. Albus Dumbledore muncul dan menjelaskan bahwa bagian jiwa Voldemort yang berada di dalam diri Harry telah dihancurkan oleh kutukan pembunuh itu. Ia menjelaskan juga bahwa seperti Voldemort tidak dapat dibunuh sementara bagian jiwanya masih tersisa, maka Harry juga tidak dapat dibunuh sementara darahnya masih mengalir di tubuh Voldemort. Harry, yang berhasil "mengalahkan maut" dengan menyatukan ketiga Relikui Kematian, mendapat pilihan untuk "meninggalkan dunia" atau kembali hidup di dunia.

Harry hidup kembali, tapi ia berpura-pura telah tewas. Voldemort menyuruh Hagrid untuk membawa Harry ke Hogwarts sebagai tanda kemenangan. Ketika pertempuran memanas kembali, Harry memakaikan dirinya sendiri Jubah Gaib. Neville menarik pedang Gryffindor dari Topi Seleksi dan berhasil memenggal kepala Nagini, menghancurkan Horcrux terakhir. Penduduk desa Hogsmeade, para Centaurus dari hutan, dan para peri rumah Hogwarts ikut masuk dalam pertempuran melawan para Pelahap Maut, yang mulai berbalik kalah unggul dalam jumlah. Di dalam puri, McGonagall, Kingsley, dan Slughorn berduel melawan Voldemort; sementara Ginny, Hermione, dan Luna melawan Bellatrix Lestrange. Ketika sebuah kutukan pembunuh hampir mengenai Ginny, Molly Weasley terjun ke pertempuran, mendorong para gadis menjauh, dan dengan sengit bertempur dengan Bellatrix. Ia berhasil membunuh Bellatrix dengan manteranya. Harry menampakkan dirinya kembali dan menantang Voldemort. Harry berhasil menyimpulkan bahwa Voldemort bukanlah pemilik sejati dari Tongkat Elder. Ketika Draco Malfoy melucuti Dumbledore di Menara Astronomi, Draco tanpa sadar telah menjadi pemilik Tongkat Elder; dan ketika Harry belakangan merebut tongkat Draco, ia sendiri menjadi pemilik baru yang sejati dari Tongkat Elder. Voldemort melemparkan Kutukan Pembunuh kepada Harry yang dilawan Harry dengan Mantera Pelucutan Senjata; namun Tongkat Elder melindungi tuannya sehingga kutukan Voldemort memantul dan berbalik membunuh Voldemort sendiri.

Setelah pertempuran berakhir, Harry mendatangi lukisan Dumbledore. Ia memberitahu bahwa ia akan menyimpan Jubah Gaib itu, tapi untuk mencegah ketiga Relikui Kematian itu bersatu kembali, Batu Kebangkitan akan dibiarkan di tempat ia terjatuh di Hutan Terlarang, dan Tongkat Elder akan dikembalikan ke makam Dumbledore. Jika Harry kelak meninggal tanpa terkalahkan, maka kekuatan Tongkat Elder akan padam seiring dengan kematiannya. Lukisan Dumbledore menganggukkan persetujuannya. Sebelum menempatkan Tongkat Elder kembali ke makam itu, Harry mempergunakannya untuk memperbaiki tongkat sihirnya sendiri yang telah patah.

[sunting] Epilog

Sembilan belas tahun kemudian, Harry telah menikah dengan Ginny Weasley, dan mereka memiliki tiga anak bernama James Sirius, Albus Severus, dan Lily Luna. Ron dan Hermione juga menikah dan memiliki dua anak, Rose dan Hugo. Keluarga-keluarga itu bertemu di Stasiun King's Cross, di mana Albus akan memasuki tahun pertamanya bersekolah di Hogwarts. James, anak pertama mereka, sudah bersekolah di Hogwarts, sementara Lily baru akan masuk ke Hogwarts dua tahun kemudian.

Anak baptis Harry yang berumur sembilan belas tahun, Teddy Lupin, ditemukan berciuman dengan Victoire Weasley (putri Bill dan Fleur) di salah satu kompartemen kereta. Teddy tampaknya sangat dekat dengan keluarga Potter, dengan perkataan Harry, "Ia sudah datang untuk makan malam bersama empat kali seminggu."

Harry juga melihat Draco Malfoy dan istrinya bersama putra mereka, Scorpius. Malfoy menganggukkan kepala singkat ke Harry, kemudian pergi.

Harry menenangkan Albus, yang khawatir akan masuk ke Slytherin. Ia memberitahu bahwa Severus Snape, dari mana nama Severus diambil, adalah seorang Slytherin dan ia adalah orang yang paling berani yang pernah ditemuinya. Harry juga membocorkan bahwa Topi Seleksi akan mengikuti pilihan seseorang.

Neville Longbottom telah menjadi guru Herbologi dan berteman baik dengan Harry.

Buku ini diakhiri dengan pengungkapan bahwa bekas luka Harry tidak pernah sakit lagi selama sembilan belas tahun sejak Pangeran Kegelapan dikalahkan, dan semuanya berjalan dengan baik.

novel


CHAPTER 9:
SEPENGGAL KENANGAN EDELWEISS


Ada dua hati nan membisu
tanpa kata
tanpa sapa

Edelweiss hanya saksi sunyi
dalam giris lagu hati
kala airmata kita menitik
bagai landung embun di pucuk cinta

— Edelweiss Cinta Kita

***

Denpasar tujuh pagi.
Masih terlalu pagi sebenarnya untuk memulai perjalanan.
Saya lunglai. Berdiri di hadapan taksi dengan sikap gugu. Perjalanan ini merupakan pertemuan terakhir saya dengan teman-teman sekelas lainnya. Tiga tahun kami bersama dalam suka dan duka. Ada saatnya memang kami harus berpisah. Memilih jalan hidup kami masing-masing setelah menamatkan pendidikan di SMA Regina Pacis.
"Wong, mampir-mampir ke rumah ya?" Yanthi menjabat tangan saya.
"Jangan lupain Lina ya Wong kalau sudah di negeri orang!" Herlina berteriak dari dalam bis.
"Awas lho Wong, kalau tidak mampir ke rumah saat pulang ke Jakarta!" teriak Viona Rosalina menongolkan kepalanya keluar jendela, lalu melambai antusias. "Sering-sering SMS, ya?"
Saya mengangguk.
Langkah saya memberat ketika Asep Suparman sudah mendesak agar segera berangkat ke Bandara Ngurah Rai. Telat satu jam berarti saya harus ketinggalan pesawat.
Pagi itu semuanya seperti membisu.
Saya melambai, namun masih mematung di samping taksi yang akan mengantar saya ke bandara. Entah, keengganan seperti menjerat tubuh saya dalam ketidakrelaan berpisah. Kenangan kami demikian kental sehingga memenjarakan saya dalam ketersimaan. Saya seperti tidak percaya. Dalam hitungan detik, kami sudah harus berpisah!
Di halaman hotel, bis pun sudah siap mengantar rombongan tur kembali ke Jakarta. Saya tidak ikut pulang ke Jakarta, karena via udara langsung ke Singapura untuk mengikuti tes masuk ke salah satu perguruan tinggi jurnalistik di sana.
Saya lihat Nita masih menundukkan kepalanya seperti biasa. Dia tidak berkata apa-apa tanda pamit. Saya hanya lihat matanya yang membasah. Saya tahu dia sedih. Sedih sekali. Sayang saya tidak punya cukup waktu untuk menghiburnya. Saya hanya bisa berdoa, semoga prahara keluarganya lekas berlalu.
"Wong, jaga diri baik-baik!" teriaknya akhirnya dengan suara parau.
Saya mengangguk. Nyaris meneteskan airmata haru. Tapi saya cepat-cepat berbalik, lalu masuk dan duduk ke dalam taksi.
Perjalanan dan singkat hari-hari kebersamaan memang membawa kenangan yang dalam. Di dalam taksi yang melaju kencang menuju bandara, saya sudah tidak kuasa menahan airmata yang menyeruak. Barangkali saya terlalu cengeng dengan akhir euforia ini. Barangkali juga saya telah jatuh hati kepada Nita.
Ah, entah kapan saya dapat bertemu, dan merangkai cerita indah bersama gadis itu lagi. ©


SELESAI

novel


Ada tahun-tahun yang mengubah diri menjadi tangga
Setiap kali kita melangkah, setiap kali ia tengadah

— Sajak Raka'at, Kurnia Effendi, 2001



CHAPTER 1:
SEPANJANG BRAGA


Aku tidak tahu apakah harus menyesal atau tidak. Tapi nyatanya, dibutuhkan waktu sepuluh tahun dan seratus buah lukisan untuk akhirnya membuat aku sadar.
"Anda suka?" Pengunjung di sebelahku mengawasiku.
"Aku? Ah... ya!" Suaraku baur, ada keraguan dan keterkejutan. Kupikir, terlalu lama aku terpaku.
"Lukisan ini memang bagus!" Nadanya menyerupai gumaman.
Aku mengangguk tercekat. Lantas kurasakan langit dalam lukisan membagi tempias hujan, mengiris dingin. Gigil menyergap.
"Pakailah jaket!" Kudengar suaramu dari masa lalu.
"Aku nggak dingin kok!" Tapi kukenakan juga jaket biru milikmu. Kamu membantu memasangkan topi.
Dan kemudian, di bawah gerimis yang menusuk, kita susuri Jalan Braga.
Ya, seperti juga mungkin harapanmu, bagiku, peristiwa itu perjalanan mimpi. Ratusan almanak berguguran, dan sepanjang musim aku hanya bisa menyebut namamu dengan sejumlah ragu.
"Kamu mengenalnya?" Dhani, sahabatku di SMA sempat menatapku tak percaya ketika aku sedikit bisa bercerita tentangmu. Sebagai pengagum berat karya-karyamu, ini 'kejutan besar' bagi dia.
Dan aku mengangguk, ragu. Bukankah kamu selalu menyebutku 'Adik Manis'?
"Ia... ia kakak yang baik!"
Sangat baik, kupikir. Aku tidak bisa melupakan saat Pak Pos tiba pagi-pagi di depan pintu. Ia mengantarkan bingkisan besar. Sebuah lukisan berjudul 'Prosa Perjalanan'. Di sudutnya, ada kartu kecil bertuliskan:
"Selamat ulangtahun, Adik Manis/Panjang usia, bahagia, pintar, dan bijaksana/Kado ini hanya bayang-bayang/Bandung, Juli 1988." Lantas, ada tanda tanganmu, ada stempel KKN-Unpad 1988 di baliknya.
Aku bahagia benar menerimanya. Antara percaya dan ragu, inilah kenyataan itu. Kamu, pelukis muda yang diperhitungkan di negeri ini, melukis khusus di tengah kesibukan KKN, hanya untuk menandai ulangtahunku. Ini kado istimewa menurutku, tapi anggapan itu kukubur rapat-rapat di batin.
"Ia kakak yang baik," berulang-ulang aku harus meyakinkan Dhani.
Berkali-kali, ia tampak demikian ingin mendengar aku bercerita banyak tentangmu. Ia cemburu. Aku — sahabatnya, yang tidak lebih baik dan cantik dibanding dia, mendapatkan kado khusus dari seorang pelukis ternama. Aku pikir, aku bukan pengidap megalomania. Maka selalu saja kuendapkan sensasi dalam-dalam. Aku berjanji untuk tidak membagi pengalaman batinku pada Dhani, juga pada siapa pun.
Aku punya alasan untuk tidak sekadar memancing cemburu Dhani. Di SMA kami, mendapatkan tanda tangan seorang artis penyanyi saja, bangganya bukan main. Aku hanya malu membayangkannya. Malu pada diri sendiri. Bayangkan, aku tidak mengenal kamu, selain melalui; foto dan berlembar-lembar surat. Waktu itu, seperti juga Dhani, aku mengagumi beberapa lukisanmu yang kutemui pada sebuah pameran di Jakarta. Lantas, sepulang ke Makassar setelah liburan sekolah itu, kukirim surat ke alamatmu. Disertai lukisan sederhana. Aku merasa sedikit bisa melukis — dan kini menyatakan niat besar untuk belajar banyak padamu.
Tak dinyana, engkau membalas dengan surat panjang. Benar-benar panjang, ada mungkin semeter. Meskipun lebar kertasnya tak lebih dari sepuluh senti. Aku pegal membacanya, tapi juga merasakan sensasi luar biasa. Kamu memuja-muja lukisanku — menyebutnya mirip goresan Vassily Kandinsky.
"Kamu sungguh berbakat, Adik Manis!" tulismu.
Dan, dadaku serasa pecah.


Continue to Chapter 2


BIODATA PENULIS

Ryana Mustamin, lahir di Watampone, Sulawesi Selatan. Penulis berkulit putih, dan berkacamata minus ini sangat produktif serta mencintai dunia teater. Ajaibnya, ia telah melahirkan puluhan cerpen yang telah dipublikasikan di majalah Anita Cemerlang pada saat masih duduk di bangku SMP. Bertumbuh di kota kelahirannya, ia pun aktif di dalam sanggar-sanggar seni dan teater di sana - menulis naskah drama, puisi, serta esai yang kerap dimenanginya dalam lomba. Bersama Rahmat Taufik RT dan Effendy Wongso, ia menjadi salah satu pengarang asal Watampone yang karyanya wara-wiri di majalah remaja nasional. Kini ia berkarya di Bumiputera Jakarta dan mendirikan situs www.ryanamustamin.com

cerita motivasi

[cerita motivasi] Kisah Wortel, Telur, dan Kopi April 16, 2009

Posted by ekojuli in motivasi dan outbond.
Tags: ,
trackback

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.

Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.

Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.

Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”

Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?” Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”

“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”

“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”

“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”

“Ada raksasa dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan raksasa itu kecuali raksasa itu menahan dirinya sendiri”

kata-kata mutiara

Kumpulan Kata-kata Mutiara – 3

Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan.
Tetapi sering kali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.

Dalam hidup,terkadang kita lebih banyak mendapatkan apa yang tidak kita inginkan. Dan ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, akhirnya kita tahu bahwa yang kita inginkan terkadang tidak dapat membuat hidup kita menjadi lebih bahagia

Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi.
Jadilah seperti yang kamu inginkan, kerna kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.

Masa depan yang cerah berdasarkan pada masa lalu yang telah dilupakan. Kamu tidak dapat melangkah dengan baik dalam kehidupan kamu sampai kamu melupakan kegagalan kamu dan rasa sakit hati.

Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang di sekelilingmu tersenyum.
Jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang di sekelilingmu menangis.

Semoga kamu mendapat cukup kebahagiaan untuk membuat kamu bahagia, cukup
cubaan untuk membuat kamu kuat, cukup penderitaan untuk membuat kamu menjadi
manusia yang sesungguhnya, dan cukup harapan untuk membuat kamu positif terhadap kehidupan.

Yang memimpin wanita bukan akalnya, melainkan hatinya.

Hari ini bila ia datang, jangan biarkan ia berlalu pergi. Esok kalau ia masih bertandang, jangan harap ia akan datang kembali

Sesuatu yang baik, belum tentu benar.
Sesuatu yang benar, belum tentu baik.
Sesuatu yang bagus, belum tentu berharga.
Sesuatu yang berharga/berguna, belum tentu bagus.

Agama menjadi sendi hidup, pengaruh menjadi penjaganya. Kalau tidak bersendi, runtuhlah hidup dan kalau tidak berpenjaga, binasalah hayat. Orang yang terhormat itu kehormatannya sendiri melarangnya berbuat jahat. -Pepatah Arab

Jangan tertarik kepada seseorang kerna parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya kerna kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, kerna hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah.

Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya,
tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.

Masa depan yang cerah selalu tergantung pada masa lalu yang dilupakan.
Kita tidak dapat meneruskan hidup dengan baik jika tidak dapat melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.

Tentang Waktu

Ambillah waktu untuk berfikir, itu adalah sumber kekuatan.
Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahsia dari masa muda yang abadi.
Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan.
Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan.
Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan.
Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan.
Ambillah waktu untuk tertawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati.
Ambillah waktu untuk memberi, itu adalah membuat hidup terasa bererti.
Ambillah waktu untuk bekerja, itu adalah nilai keberhasilan.
Ambillah waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju syurga.

Harta yang paling menguntungkan ialah SABAR. Teman yang paling akrab adalah AMAL. Pengawal peribadi yang paling waspada DIAM. Bahasa yang paling manis SENYUM. Dan ibadah yang paling indah tentunya KHUSYUK.

Wanita yang cantik tanpa peribadi yang mulia ,umpama kaca mata yang bersinar-bersinar, tetapi tidak melihat apa-apa

Jangan sekali-kali kita meremehkan sesuatu perbuatan baik walaupun hanya sekadar senyuman.

Anda bukan apa yang anda fikirkan tentang anda, tetapi apa yang anda fikirkan itulah anda

Hidup tak selalunya indah tapi yang indah itu tetap hidup dalam kenangan.

Hidup memerlukan pengorbananan. Pengorbanan memerlukan perjuangan. Perjuangan memerlukan ketabahan.
Ketabahan memerlukan keyakinan. Keyakinan pula menentukan kejayaan. Kejayaan pula akan menentukan kebahagiaan.

Kekayaan bukanlah satu dosa dan kecantikan bukanlah satu kesalahan.
Oleh itu jika anda memiliki kedua-duanya janganlah anda lupa pada Yang Maha Berkuasa.

Sampan tidak akan dapat belayar di padang pasir betapa pun jua empuknya pasir itu -Pepatah Arab

Perjalanan seribu batu bermula dari satu langkah.
- Lao Tze

Kalaulah anda tidak mampu untuk menggembirakan orang lain, janganlah pula anda menambah dukanya.

Gantungkan azam dan semangatmu setinggi bintang di langit dan rendahkan hatimu serendah mutiara di lautan

Saya percaya, esok sudah tidak boleh mengubah apa yang berlaku hari ini, tetapi hari ini masih boleh mengubah apa yang akan terjadi pada hari esok.

laskar pelangi

Laskar Pelangi

novel-_laskar_pelangi1.jpgIni adalah kisah heroik kenangan 11 anak Belitong yang tergabung dalam ”Laskar Pelangi”: Syahdan, Lintang, Kucai, Samson, A Kiong, Sahara, Trapani, Harun, Mahar, Flo dan sang penutur cerita – Ikal. Andrea Hirata, yang tak lain adalah Ikal, dengan cerdas mengajak pembaca mengikuti tamasya nostalgia masa kanak-kanak di pedalaman Belitong yang berada dalam kehidupan kontras: kaya dengan tambang timah, tapi rakyatnya tetap miskin dalam kesehariannya.

Ini adalah cerita tentang semangat juang menyala-nyala dari anak-anak kampung Belitong untuk mengubah nasib melalui sekolah, yang harus mereka dapat dengan terengah-engah. Sebagian besar orang tua mereka lebih suka melihat anak-anaknya bekerja membantu orang tua di ladang, atau bekerja menjadi buruh kasar di PN Timah, daripada sekolah yang tak jelas masa depannya.

Derita sekolah itu tergambar jelas ketika SD Muhammadiyah di kampung miskin itu terancam tutup kalau murid baru sekolah itu tidak mencapai 10 orang. kesebelas anak itulah yang telah menyelamatkan masa depan suar pendidikan yang hampir redup digilas ekonomi.

Kesebalas anak itu memiliki keunikan masing-masing. Diantara 11 anak Laskar Pelangi itu, Lintang dan Mahar adalah 2 diantara yang paling menonjol. Lintang jenius dalam bidang eksakta, Mahar ahli di bidang seni budaya. Mereka seolah mewakili otak kanan dan otak kiri manusia. Lintang memiliki semangat juang yang tiada tara dalam belajar. Dia rela menempuh perjalanan dengan kereta angin sejauh 80 km pergi pulang demi dapat memuaskan dahaga ilmu pegetahuan. Saking semangatnya hingga akan tercium karet terbakar dari sepatunya yang aus digerus pedal sepeda. Jika ada aral melintang di jalan dan terlambat sampai sekolah, tiada masalah baginya, asal dapat menyanyikan lagu ”Padamu Negeri” pada akhir jam pelajaran.

Novel Laskar Pelangi penuh dengan taburan wawasan yang luas bak samudra dari penulisnya yang paham betul tentang ilmu eksakta, seni budaya, dan humaniora. Kita akan dibuat tersenyum geli dari humor kecil yang dilontarkannya, terharu dan bahkan menangis ketika membaca kisah heroik kesebelas anak Laskar Pelangi.

Filicium adalah pohon yang menjadi saksi seluruh drama kehidupan Laskar Pelangi. Pohon itu menaungi sekolah mereka yang hampir roboh. Pohon itu menjadi markas setiap pertemuan mereka: membicarakan soal-soal di sekolah, merancang karya untuk festival 17 Agustus, atau tempat Lintang memberi kuliah tentang ilmu fisika. Pohon itu pulalah yang menjadi saksi kerinduan Ikal pada gadis manis keturunan cina, anak pemillik toko Sinar Harapan yang memiliki jari lentik dan kuku cantik.

Anak-anak Laskar Pelangi itu hidup dalam kebahagiaan masa kecil dan menyimpan mimpi masing-masing untuk hari esok. Tapi siapa yang sanggup melawan sang nasib? Dua belas tahun kemudian, Ikal menyaksikan perubahan nasib teman-temannya yang sungguh diluar dugaan. Sang nasib sungguh menjadi sebuah misteri yang maha gelap. Anak-anak Laskar Pelangi itu boleh punya cita-cita setinggi langit, tapi nasib jualah yang menentukan episode kehidupan mereka selanjutnya. Sang nasib bisa jadi adalah ketiadaan kepedulian pemerintah akan bibit-bibit unggul mutiara anak bangsa yang harus terhempas oleh himpitan ekonomi. Mereka adalah anak-anak harapan bangsa yang terpaksa harus tunduk oleh gilasan nasib yang semestinya bisa diupayakan oleh pemerintah yang punya amanah dan kuasa untuk memajukan pendidikan.

Lintang, sang jenius itu misalnya kini harus terpuruk jadi sopir tronton karena harus menjadi tulang punggung keluarga, menjadi pengganti ayahnya. Tapi Lintang punya jawaban, ” jangan sedih Ikal, paling tidak aku telah memenuhi harapan ayahku agar tidak jadi nelayan….” Bagi Ikal, kata-kata itu semakin menghancurkan hatinya, ia marah, kecewa pada kenyataan begitu banyak anak pintar yang harus berhenti sekolah karena alasan ekonomi. Ia mengutuki orang-orang bodoh sok pintar yang menyombongkan diri, dan anak-anak orang kaya yang menyia-nyiakan kesempatan pendidikan.

Kekuatan novel ini terletak pada sentilan humaniora tentang pentingnya pendidikan sekolah dan sekaligus kuatnya moral agama. Novel ini wajib baca bagi generasi muda yang terlena dengan gelimang kemudahan ekonomi dan tak lagi kenal jerih payah untuk menggapai masa depan. Novel ini juga wajib baca bagi para pendidik, bagi pemerintah yang selalu alpa pada pentingnya pendidikan. Buah dari kealpaan itu diantaranya adalah, kini kita menjadi bangsa yang sering menjadi bahan olok-olok oleh bangsa lain, karena kita rajin mencetak manusia yang tak punya kualitas.

Kelemahan novel ini, menurut saya, hanya terletak pada cara mengakhiri cerita. Semestinya, novel ini sudah ditutup pada bab 33: Anarkonisme, yang menceritakan kejatuhan Babel (Bangka Belitung) yang dulu bergelimbang Timah. Bab 34: Gotik, menurut saya menjadi ekor cerita yang membingungkan. Karena penutur ”Aku” secara tiba-tiba menjadi orang lain, dan bukan lagi Ikal. Bab 34 ini menjadi sebuah kemubaziran. Sama persis seperti seorang pelukis yang seharusnya berhenti menguaskan catnya pada bidang lukis yang sudah sempurna, tapi kemudian menjadi berantakan karena sebuah goresan yang tidak perlu.

cinta yang terpilih

Sebatas ucapan dan perasaan serta bergulirnya waktu tentu kita pernah merasakan hal yang semua orang merasakannya yaitu cinta. Cinta bukan hal baru atau asing lagi atau bahkan mungkin sering kita dengar, namun sudahkah kita coba untuk memahami bukan sekedarnya mengerti atau malah kita abaikan saja karena terlalu sering, tidak penting dan hanya teori saja. Semua tergantung pada pemikiran masing–masing bagaimana menanggapinya, menerapkan dan mengartikan dalam kehidupanya.

Cinta adalah anugerah perasaan yang alloh berikan kepada manusia untuk dapat saling mengerti, memahami dan mau berbagi. Alloh berikan kita nikmat memandang, mendengar, merasakan dan memiliki. Mata ibarat jendela hati lewat pandangan kita dapat meraskan hal yang sedang terjadi pada seseorang, dengan senandung kita dapat mendengar syahdunya suara itu dan atas ijin alloh kita dapat memilikinya. Namun terkadang apa yang kita miliki tak seperti yang diharapakan, begitu pula dengan cinta tak selalu seindah yang kita bayangkan. Dari hal itulah bagaimanakah kita memilih cinta yang kita impikan? Tentunya kita serahkan semua kepada yang kuasa, jalanilah semua dengan ketulusan dan apa adanya.

Awal berseminya perasaan …
Waktu bergulir terasa begitu cepat dengan angin yang bertiup sepoi serasa menyisir helai-helai rambut. Adit berjalan dengan penuh riangnya menyambut hari-harinya yang penuh dengan misteri perasaan di hatinya. Dengan langkah tegap dia menyapa teman-temannya, selamat pagi teman-temanku tercinta.!!! Ha…ha..ha..seraya teman-temannya pun tertawa dengan raut ledekan kebiasaan mereka. Gimana friend penampilanku menyakinkan bukan, adit mencoba menunjukkan kedewasaanya dalam berpenampilan. Apanya yang menyakinkan yakin malu-maluin iya..ha..ha...ha saut temannya. Wah kalian ngledek terus nih dukung dong temen yang mau tampil lebih baik, ok lah kami dukung kok tapi tunggu yah ga biasanya kamu tampil rapih gini pasti ada sesuatu. Yah benar saja ternyata ada seseorang yang membuat adit tak sanggup memalingkan pandangannya setiap kali dia bertemu. Cewe itu bernama dewi isnari teman satu kelasnya di tempat kursusnya, namun adit lebih asyik memanggilnya ..iis. Sudah beberapa hari ini adit memperhatikan iis sejak mereka tak sengaja bertatapan sewaktu kegiatan dikelas. Tak lama kemudian iis berjalan menuju kelas adit pun menatap dengan pesonanya tatapannya tak lepas sampai iis masuk kelas, teman-temnnya pun mulai curiga. Woi ada apa dit kok kamu ngliatin dewi sapaan teman-teman adit kepada iis. Ah gapapa kok, alah ngaku aja kamu suka ya ama dia enggak kok tapi iis kan cantik.. hah siapa iis hanyo mulai ga bagi-bagi cerita yah..bukan siapa-siapa kok. Adit sedikit tenang teman-temannya tak paham bahwa iis sebenarnya adalah dewi.

Waktu semakin siang materi kursus pun akan segera dimulai, dengan bergegas adit dan teman-temannya masuk ke kelas, namun adit terlihat berbeda lirik tatapannya terus menuju ke iis. Tak lama pengajar kursus pun datang, dengan hikmah adit menikmati materi dan menatap ke elokan wajah gadis pujaannya. Setelah beberapa jam waktu belajar hari ini pun selesai, tak lama setelah teman-teman adit pulang adit bergegas menghampiri iis. Hay… iis ya.. dit kamu seneng banget panggil aku iis gak kaya temen yang lain, yah biar simpel aja dewi eh…iis. Dengan senyum iis menatap siapa sih dit iis, iis tuh pendiem, cantik dan ngertiin banget kalo aku salah pasti di nasehatin..hmm iis yah kamu itu. Ah bias aja kamu dit aku biasa aja kok enggak kamu special buat aku, hmm terus ngerayu yah. Ada apa dit aku mau pulang nih, nah kebetulan aku anter yah..hmm gimana yah aku dah janji nih ma pacar ku?! Adit hanya terlamun mentatap iis, hey..door!!! he..he… aku becanda kok, boleh kok sekalian pulang kebetulan aku pulang sendiri nih. Adit terkejut hampir saja penantiannya sia-sia, dengan muka semangat adit mengantar iis pulang.
Sembari di jalan adit mulai kebingungan mau ngomong apa tapi tiba-tiba ada ide karena mereka kursus komputer pemrograman adit mengajak iis jalan cari buku software. Iis adit mulai bertanya, iya dit apa? Sabtu besok kamu ada acara gak, enggak dit kalo sabtu aku nyante-nyante aja dirumah sambil baca-baca aja. Nah kebetulan tuh kita cari buku yuk..gimana yah tapi aku gak janji ya dit aku ijin dulu yah. Iya deh iis tapi usahain bias yah ..he..he..alah kamu nih belum juga aku minta ijin ya deh aku usahain besok aku minta ijin, ok mas adit..wah..wah sejenak hati adit melayang-layang gadis pujaanya menyapa dengan panggilan mas, adit mulai optimis dengan harapannya. Kenapa dit..ah gapapa iis. Tak lama adit tiba dirumah iis, makasih yah dit mampir gak? Engga dulu iis besok-besok aja yah. Iis jangan lupa besok yah…iya mas aditku..wah adit semakin bangga dengan perasaannya, ya udah aku pulang dulu yah, iya makasih yah.
Dijalan adit pun tak bisa menahan perasaan senangnya, betapa harunya dia mendengar sapaan iis. Sesampai dirumah adit tetap tersenyum-senyum terus, malampun menjelang dia pun tak mampu memejamkan mata teringat akan kata-kata iis tadi siang. Hatinya mulai bersenandung bak pujangga yang menghujani dewi asmara dengan kata-kata puitisnya.
Pagi ini terasa berbeda dengan biasanya aku merasa dunia begitu luas penuh dengan senyuman dan lebarnya harapan adit mulai beranjak dari tempat tidurnya. Kebiasaan yang tak pernah dilewatkan adalah sarapan pagi bersama keluarga, pagi semua…! Sapa adit…tak lama ibunya membalas..wah tumben nih jam segini udah rapih nak, hal apa yang bikin akmu berubah gini. Enggak ko bu..aku pengen lebih baik aja menyikapi hari-hari ku. Syukur lah nak kamu memang harus begitu beri contoh yang baik pada adik-adik kamu dari hal yang kecil mulailah untuk disiplin, disiplin modal utama buat masa depan kamu tantangan di luar akan begitu besar jadi harus kamu siapkan dari sekarang nak, sambut ayah adit. Insya alloh adit akan pegang amanah ayah dan ibu. Adit mulai berfikir dalam hati, apakah aku sudah bisa jadi contoh buat adik-adik aku? Atas dasar apa aku berubah seperti ini? Adit mulai menyimpan senyumnya dan memulai sarapan pagi.
Waktu telah beranjak siang adit telah siap berangkat ke tempat kursus, di jalan dia mulai berfikir lagi tentang perkataan ayahnya. Adit mulai membuka hatinya dia bersyukur telah ada seseorang yang mampu merubah hidupnya, adit pun bulatkan tekatnya untuk benar-benar berubah bahwa dengan niat yang baik insya alloh akan menuai kebaikan. Tak lama adit sampai di tempat belajarnya teman-temannya telah menunggu di dalam kelas. Dari arah kelas gadis pujaan adit telah menunggu di samping pintu, pagi dit..pagi juga iis..gimana dit dah belajar hari ini kita kan tuntas modul 1, oh memang dah selesai semua? Iya lah dit hari ini kita kan ujian praktek, hayo kamu ga belajar yah pasti mikirin aku.he…he… hmm kamu nih iis aku dah belajar kok, adit pun tersenyum malu padahal waktu semalam habis memikirkan iis, adit sedikit terkejut mulailah hatinya merajut lamunan benar ga yah iis juga ngrasain apa yang aku rasain? Dit …dit …hello, eh…iya iis maaf kenapa gapapa, aneh kamu dit yuk masuk dah mau mulai jam praktek nih.
Pukul sebelas tiga puluh adit keluar dari kelas, begitu juga yang lain tak lupa sang pujaan pun keluar. Giaman iis bisa gak, alhamdulilah dit insya alloh bisa, kamu gimana? Lumayan iis..he..hee..ah kok lumayan sih harus bisa donk kalo kamu ngulang ntar aku tinggal lho..he..he..engak dit becanda kamu pasti bisa dit, makasih iis. Mulailah mereka berjalan adit mulai menagih janjinya, iis gimana bisa gak nanti sore, iya dit bisa kebetulan nih aku mau belanja juga disuruh ibu mau yah anter aku. Wah..wah adit dengan tegas langsung menjawab pasti..is aku bisa. Hmm…dasar adit..sapa iis, makasih yah dit..iya sayang..apah??? ngomong apa kamu dit..enggak iis kamu salah denger, al..ah ngomong apa hayo…? Gini is aku bilang sayang, iis terlamun sejenak..sayang maksudnya apa dit? Ya sayang…lah kamu nih bikin penasaran aja. Udah..udah ga usah dipikirin…uuuhhh ya udah, aku pulang ya dit nanti jangan telat jam dua awas lho telat, ok iis sayang gumam adit dalam hati.




Panah asmara adit…
Jarum jam telah menunjuk pukul dua adit telah siap menjemput iis, tiga puluh menit kemudian sampailah adit dirumah iis, hey..iis menyapa dari arah pintu dah siap dit langsung yuk, aku pamit dulu yah. Lamunan adit mulai terbayang di atas sepeda motor jantung yang berdetak kencang menambah getar hatinya, adit berfikir harus ada waktu yang tepat hari ini juga harus ku ungkapkan perasaanku. Dit..iya iis kok kamu diem aja, iya nih iis grogi.he..he..biasa aja lah dit kita kan temen jawab iis, iya kan dit..iya iis. Mulai ada pikiran ragu dalam benak adit mungkin ga yah iis mau nerima aku, tapi pokoknya aku harus ngomong nanti. Iis mau kemana dulu nih? Belanja aja dulu ya dit nanti belanjaanya di titipin deh soalnya nyari buku kan lama dit.
Sembari menemani belanja adit berfikir cara bagaimana menyampaikan perasaanya. Dit…, iya is udah yuk dah semua nih kita tinggal cari buku aja. Masih aja adit melamun bagaiman…bagaimana dan bagaimana? Cara ngungkapin ke iis. Jangan bengong lah dit bantu dong cari buku buat materi ujian besok, oh..iya iis di sebelah sana tuh tempat buku-buku software. Lama mereka berbincang sambil mencari buku, tak terasa sore telah menjelang. Dit dah sore nih pulang yuk dah dapet kan bukunya, iya nih iis dah sore juga yah. Jantung adit mulai berdebar kencang waktu semakin sempit buat ngomong sama iis. Tapi iis…kenapa dit? Nih kan dah mau malem makan dulu yuk sekalian aku juga pengen ngom nih. Mmm…boleh dit tapi jangan kemaleman yah nanti ibuku marah dah ditunggu nih, mang mau ngom apa sih dit..? ada dehh…!! mulai nih adit tebak-tebakan yah. Pokoknya ada lah iis, ya udah yuk dit cepet dah mau magrib juga nih tapi sholat dulu ya dit, iya iis.
Tibalah saat-saat yang mendebarkan, dit makan nasi goring aja yuk? Boleh iis. Sesampainya di tempat makan adit mulai berkata pada iis. Iis boleh akn aku ngomong? Boleh aja dit mau ngomong apa nih serius banget. Yah bener banget iis ini serius banget buat aku, aku harap kamu juga serius menanggapinya..yah. adit-adit biasa aja lah jangan gugup gitu, dah cepet ngomong. Mmm…mmm..gimana yah??? Lah kamu dit tadi dah gugup sekarang Cuma ammm…ammm aja, bentar yah iis. Adit sadar dia susah buat ngomong idenya pun muncul diambillah sehelai kertas putih. Iis.. ya dit. Kamu lihat ini apaan? Kertas kosong dit, baliknya? Juga kosong dit. Yah bener is sama seperti hatiku, lama sudah hatiku merasa kosong tanpa ada seseorang yang mengisi hari-hariku, seperti kertas putih ini kosong tanpa bergaris. Mau kah kamu iis menggoreskan makna dalam hatiku, maksud kamu dit? Iis mulai bingung dengan anggapan adit. Mungkin kamu tak pernah tau apa yang terjadi dua tahun yang lalu, aku sempat menatap wajah elok seorang gadis dan dengan lugu dia menundukan wajahnya. Aku tak pernah tau siapa dia bahkan namanya aku tak pernah dengar, namun dia mampu membongkar kebekuan hati ini. Aku ingin memilikinya menjadikannya arti dalam hidupku tapi aku tak pernah bisa bagaimana dan seperti apa harus ku katakan padanya.
Semua ku simpan rapih hingga kini dua tahun kemudian dia telah berada di dekatku dan akupun telah mengenalnya “dewi isnari “ nama yang lama ingin ku ketahui. Iis maukah kamu menjadi pilihanku mengisi hatiku dengan ketulusan dan keluguanmu, maukah kamu jadi pacarku iis? Iis terdiam dan memikirkan perkataan adit, dit benarkah yang kamu ucapkan itu? Ucapan hanyalah cara langkah agar kamu tau iis, itulah kenyataan yang ku rasakan selama ini hingga aku bisa berkata seperti apa yang kau dengar. Tapi dit, apa kamu yakin dan mampu menjalani apapun yang akan terjadi nanti? Beri aku harapan iis biarkan aku mencoba menjalani apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi nanti, aku janji iis. Baiklah dit tapi aku minta beri aku harapan jangan janji yang hanya engkau ungkap karena janji bisa saja di ingkari kita tak pernah tau apa yang akan terjadi dit, namun harapan mampu merubah apa yang telah terjadi dan mengokohkan janjimu itu. Lalu bagaimana jawaban kamu iis? Iya dit aku mau, aku senang menjadi pilihanmu dan aku mau menjalani semua denganmu dit. Adit terpana mendengar perkataan iis rasa bahagia pun menyelimuti hatinya. Benar iis? iya mas adit..makasih ya iis aku seneng banget lama aku menunggu dan kini aku bisa merasakan apa yang menjadi harapanku. Iya…iya..udah dit bersyukurlah pada tuhan karenanya kita bisa bertemu kembali, iya iis aku bersyukur mudah-mudahan aku bisa menjaga kesempatan ini. Ya udah dit makan yuk dah malem nih ibu dirumah dah nunggu. Iya maaf iis jadi kelupaan gini, yuk makan terus aku anter kamu pulang.
Seusainya adit mengantar iis pulang dan jam delapan tiga puluh malam adit tiba dirumah iis. Dit, makasih yah..sama-sama iis aku seneng banget mala mini, iya dit aku juga seneng. Aku masuk dulu ya dit ga enak dah malem nih, iya iis aku pulang yah, hati-hati di jalan dit sampe rumah istirahat yah. Iya sayang..hee…hee alah kamu mulai deh adit tapi gapapa aku juga seneng kok. Hmmm…kamu juga sama bilang aja pengen di panggil sayang iya kan!! Yeee…kamu nih dah sana dah malem nih, iya pulang dulu yah..iya hati-hati dit.

Perjalanan Cinta…
Malam berparas dengan rona sinar rembulan menggambarkan kebahagiaan mereka, dengan apa yang telah terjadi. Hingga ke esokan hari kembali menentukan langkah mereka.
Aku terbangun dari hatiku yang telah lama terlelap, aku tersenyum setelah sekian lama termenung kini tatapnya telah ada di hadapanku, ijinkan aku menikmati anugerah yang engkau berikan tuhan hanya engkau yang mengerti apa yang akan ter’takdir kepada kami dan hanya kepadamu aku memohon petunjuk berilah hati ini ketulusan dan kejujuran untuk mencintainya tanpa mengurangi cintaku padamu.
Seperti biasanya adit harus berangkat ke tempat belajarnya hari ini adalah ujian tutup modul yang kedua. Sesampainya adit menyapa teman-temannya yang asik belajar di depan ruang kelas, pagi semua… eh..adit tumben agak siangan iya tadi kesiangan bangunnya, giamana nih ujian? Ya ujian lah di kerjain masa iya tidur..haa…haaa… tawa teman adit. Sial…, kamu tuh yang sial dit dah tau ujian masih ngomong..ha..haa… dan dari jauh iis datang tetep dengan senyumnya yang ramah. Pagi semua…pagi dewi..sapa teman adit hanya adit yang menyapa dengan panggilan iis, pagi iis.. wah…wah kok iis kayanya kalian akrab banget nih hayo ngaku aja sekarang mumpung masih pagi kalian pacaran yah??? Saut teman adit dan adit hanya terbengong sementara iis hanya tersipu malu lalu masuk kelas. Ngaku aja dit?? Saut temannya lagi… ok deh iya ku mang pacaran ma dewi nah iis tuh dewi yang dua tahun lalu aku ngliat dia waktu pergi ma kalian. Oh..oh..itu toh iis sambut teman adit.
Tak lama setelah ujian iis menghampiri adit, hey dit…hey..iya iis dah makan belum dit? Aku dah sarapan di rumah tadi, mau ga temenin aku makan? Boleh aku juga haus nih. Sambil makan mereka asyik mengobrol namun tiba-tiba iis termenung dan adit pun mulai heran sepertinya iis ingin mengatakan sesuatu. Iis kamu kenapa tiba-tiba diem gitu? Dit mungkin gak yah kita bisa kayak gini terus? Kamu kenapa iis ada masalah atau aku salah ngomong? Enggak dit aku baik –baik aja kok, lalau kenapa kamu ngomong gitu? Enggak dit, udah ga usah dipikirin. Jangan gitu dong iis aku jadi ga enak nih rasanya spertinya kamu sembunyiin sesuatu. Enggak dit udahlah. Iis tersenyum untuk menyembunyikan kegelisahannya kepada adit.
Dit, ga kerasa yah dah tutup modul habis itu kita tinggal dapet materi ketrampilan dan selesai deh dari sini. Ini kan baru dasar dit habis selesai dari sini kamu mau kerja atau kuliah nih? Aku sih pengen kuliah iis kalo kamu gimana? Aku ga tau dit, lho kenapa? Yah bingung aja kakak’ku pengen aku tinggal ditempatnya dan kalo pun aku mau kuliah juga harus disana. Mang kakak kamu dimana iis? Ada deket ko dit, iis terpaksa bohong kepada adit bahwa sebenarnya kakak iis jauh dari kota mereka , iis tak mau membebani adit karena sebentar lagi mereka ujian akhir dan adit harus kuliah. Oh..gitu terus kamu mau disana iis, kemungkinan besar iya dit. Jangan lupain aku ya iis kasih kabar yah nanti biar aku tau sapa tau bisa bareng lagi..hee..hee. iis tersenyum sendu melihat wajah lelaki yang membuatnya merasa bahagia menjalani kehidupannya.
Waktu yang terasa begitu cepat mereka terus bersama saling berbagi, member dan menjaga hingga tiba saatnya waktu yang terasa sendu untuk dilewati. Ujian pun telah berlalu dan mereka telah menyelesaikan waktu belajar bersama. Dit, ga tersa yah sekarang udah lulus. Iya iis cepet banget yah, dit..iya. aku mau ngomong sesuatu nih, boleh iis. Tempo hari aku dah pernah ngomong dit ma kamu bahwa aku harus tinggal di tempat kakaku, iya iis kamu jadi disana? Jadi dit dua minggu lagi aku berangkat, wah boleh dong aku anter? Ga usah dit jauh. Lho kata kamu deket, engga dit ku bohong tempat kakaku jauh di sana dan jauh dari tempat kita bersmaa. jauh banget iis?, terus gimana dengan kita iis? Dua tiga tahun aku baru pulang tapi aku ga janji dit mungkin bisa lebih, mata iis mulai berkaca-kaca menatap adit dan butiran air mata pun menetes di pipi iis. Kamu masih mau kan iis melanjutkan apa yang telah kita bina meskipun jauhnya jarak, iya dit. Iis menganggukkan kepala sambil berlinangan air mata. Adit pun mulai merintih menghadapi apa yang akan terjadi nanti dan adit terus menyakinkan iis. Iis, lihat aku tatap mataku iis air mata yang menetes bukanlah apa namun hatiku terus memeluk jiwamu sesuatu yang sangat berharga yang pernah aku miliki, angkat jari manis kamu iis aku ingin terus bersamam mu apapun yang terjadi meski jarak akan melonggarkan tatapan kita tapi tidak untuk cintaku padamu iis, genggamlah cintaku disana nanti iis. jangan biarkan ruang waktu menghalanginya dan jangan lupakan aku iis. iya dit aku akan terus coba mencintaimu dari jauh dan merasakan dalam hati yang paling dekat seperti saat ini saat-saat yang kita jalani bersama. Iis…tengoklah hari esok akan lebih indah kebersamaan kita, akan lebih indah apa yang pernah kita jalani jika kita mampu melewati ini semua, bentangkanlah harapanku dan harapanmu dalam satu garis saling percaya dan mengerti. Jadikanlah beban sebagai ujian dan jadikan janji sebagai amanah hidup yang fana ini dan jangan pernah sesali karena jalan hidup tak pernah bisa kita tentukan.

Cinta adalah semenanjung harapan, ladang untuk berbagi…
Musim untuk bersemi dan ikrar untuk berjanji…
Ucapkanlah karena ikhlasmu, rasakan dengan tulusmu…
Dan terima karena takdirmu…

Dua minggu pun telah tiba, saatnya iis meninggalkan kota tercinta dan kekasihnya. Dit..hati-hati yah jaga dirimu baik-baik disini lanjutkan masa depanmu, gapailah apa yang kamu inginkan. Iya iis, kamu juga yah jaga diri baik-baik ingatlah apa yang kamu mampu ingat dan biarkanlah apa yang tak pernah mampu dan diluar batasmu, iis aku sayang kamu jangan lupakan aku yah..iya dit aku juga sayang kamu, aku akan sangat merindukanmu dit. Aku juga iis, udah dit jangan kamu teteskan air mata kamu! Biralah iis air mata ini menggenangi gerimis di hatiku.



Jauhnya jarak dan kebimbangan…
Tidak mudah menerima keadaan namun lebih berat lagi untuk menghindari keadaan, itulah hal yang dirasakan adit. hari-hari terus dijalani satu bulan sudah jarak memisahkan iis dan adit. kini adit telah melanjutkan pendidikannya di universitas, satu bulan pertama mereka masih baik dalam berkomunikasi dan tetap berbagi meskipun jauhnya jarak yang terbentang. Namun tak pernah disangka dua bulan kemudian badai mulai berbaris mengguncang hubungan mereka.
Sore yang melelahkan buat adit selesai kuliah dia berniat menghubungi iis, sambil berbaring melepas lelah adit menelpon iis, namun tak diangkat oleh iis sementara senja semakin gelap di sore itu adit putuskan untuk sms saja agar iis membalas jika sudah tidak sibuk nanti. Selepas makan malam adit santai sambil mendengarkan musik berharap iis membalas smsnya. Jam Sembilan malam adit mulai gelisah sms tak kunjung di balas iis hingga mata terpejam adit tetap menunggu. Saat adit membuka mata adit tersenyum melihat di layar hp tercantum sms dari iis tetapi adit terdim setelah membaca isi sms dari iis. Dit, apa kamu ga ngerasa bosen tiap saat sms aku terus? Maaf dit aku ga angkat telpon dan baru bales sms kamu, aku ga mut buat ngomong dan nulis sms. Apa baiknya kita batesin waktu buat sms’san dan telpon?
Kok kamu ngomong gitu sih? Apa kamu ga pengen saling tau kabar kita, kenapa sih mesti ga mut iis? entah apa yang terjadi iis membalas hingga adit merasa tak lagi seperti dulu. ‘ya udah lah dit, terserah kamu baiknya gimana? Badai pertengkaran pun melanda hingga adit membuat keputusan, ‘baiklah iis kita batasi saja dua kali satu mingga aku sms dan telpon yah. Ya udah dit, makasih yah aku istirahat dulu yah…iya iis sama-sama.
Berat bagi adit menjalankan keputusannya karena rasa cintanya dia tak ingin kehilangan kabar iis walau sekejap saja. Apa aku salah berusaha menjaga hubungan dan komunikasi dengannya? Apa aku terlalu berlebihan mencintainya? Aditpun merenung dalam hati, mencoba memahami maksud iis.
“Hati tak mampu bercermin pada kaca, hati bercermin pada kata dan perbuatan hal yang terbaik mungkin jalanilah dengan apa adanya, meskipun tangan tak berjabat dan wajah tak bertatap hanya lewat hatilah aku berharap”.
Begitulah terus dijalani hingga beberapa bulan kemudian mereka kembali seperti biasa tak ada lagi batas untuk berkomunikasi. Hingga suatau hari prahara kembali menimpa mereka, hujan yang terus mengguyur kota diamana adit menggali mimpinya sepertinya suasana mengiringi apa yang di alami adit.
Iis..aku boleh Tanya gak? Boleh dit, kenapa kamu iis dua bulan setelah di sana kamu agak berubah kamu lebih banyak diemnya? Ga tau dit aku males ngomong. Apa aku ganggu kamu iis? kok kamu ngomong gitu sih dit! Aku ga suka cara kamu. Lalu bagaimana aku harus bersikap padamu iis? dengan cara apa aku harus mencintaimu? Dulu kamu pernah ngomong, ‘beri aku harapan jangan janji yang hanya kamu ungkapkan’ sekarang mana harapan itu? ya udah lah dit, udah dulu ya aku cape!. Lho kok kamu gitu iis? kenapa sih beri aku penjelasanmu? Baik lah dit, sebaiknya kita sendiri-sendiri dulu aja yah aku butuh waktu dit, satu bulan aja dit? Kok gitu sih iis, kenapa setiap ada masalah meski kita hindari terus aku gak mau iis. ya udah lah dit terserah kamu aja!! Udah dulu ya dit aku pengen istirahat..ya udah iis baik-baik disitu yah.
Setelah sekian waktu mereka berpilah pilih waktu untuk berkomunikasi, akhirnya satu keputusan berat harus mereka terima. Saat – saat yang tak terbayang begitu cepat terjadi.
Waktu liburan kuliah adit pulang ke rumahnya, kota yang telah banyak mengajarkannya tentang kehidupan. Senja yang tak begitu cerah menuntun adit untuk mengambil sebuah keputusan, iis pun demikian ada sesuatu yang ingin di bicarakan namun waktu menghakimi adit untuk berkata terlebih dahulu. Sore itu adit menelpon iis, met sore iis kamu lagi dimana? Aku lagi dirumah dit, ada yang mau aku omongin iis? cukup lama aku lamunkan iis apa yang begitu berat menimpa apa yang selama ini telah kita bina bersama, apa isyarat ini iis? aku pun tak tau dit, sebaiknya kamu pikirkan saja masa-masa belajar kamu dit. Maksud kamu iis? yah tak ada jalan terbaik di saat kondisi seperti ini dit, kita hanya cukup saling memahami dan mengerti apa maksud keinginan kita masing-masing. Aku tau maksud kamu iis, mungkin baiknya kita akhiri dulu semua iis. akupun tak ingin menghalangi kebebasanmu iis, untuk menikmati apa yang membuatmu bahagia apalah arti hadirku jika tanpa bahagiamu. Aku akan tetap mengharapmu iis, bawalah separuh rasa dihatiku dan biarlah separuhnya untuk mengenangmu.
Maafkan aku dit dan maafkan apa yang terjadi padamu karena aku. Sudahlah iis semua telah tertakdir dan harus terjadi padaku dengan melibatkan kehidupanmu. Makasih dit untuk semuanya kamu akan selalu ada sebagai orang yang pernah terdekat dalam hatiku, jaga diri kamu baik-baik ya dit udah dulu ya aku harus siap-siap berangkat kerja. Iya iis makasih juga atas kerelaanmu berbagi denganku.
Rintik hujan mengiringi akhir kisah mereka apa yang tak pernah terkira akan terjadi dan kini tak pernah terkira harus berakhir.

Hari-hari yang begitu berat harus dijalani oleh adit benaknya tak mampu melupakan hilangnya seseorang dalam hidupnya gadis yang dulu selalu dinanti di setiap hari-harinya. Di sela-sela liburannya adit tak sanggup menahan kepedihannya dia selalu terdiam dan kehilangan senyum yang dulu terasa indah mengiringi hari-harinya.
Ya alloh aku hanya bersandar padamu akupun tak mampu menghadirkan harapan seperti apa yang telah engkau anugerahkan padaku, aku hanya mampu memohon dan berusaha menjalani apa yang harus terjadi padaku beri aku petunjukmu ya alloh dengan apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi nanti. Dulu jalan ini menjadi alunan langkah di saat bahagia, sedih dan beratnya sebuah pilihan namun tetap ku jalani dengannya. Kini telah terukir kenangan di sini tempat yang menjadi awal perjalananku dengannya.
Beberapa minggu kemudian adit harus kembali menjalani masa waktu belajarnya dia harus melanjutkan kembali kuliahnya setelah beberapa minggu masa liburan. Tak ada yang berubah dengan suasana di sana hanya ada satu rasa yang hilang, rasa yang dulu menjadi penghilang lelahku dan tempat berbagiku.
Empat bulan setelah adit kehilangan iis, mereka masih tetap berkomunikasi sebagai sahabat namun adit masih tetap mencintai iis. Meskipun iis menunjukkan sikap yang berbeda adit tetap menggenggam rasa cintanya dalam hati bahkan adit heran dengan perubahan yang terjadi pada iis. sepertinya iis telah bahagia dengan kehidupannya di sana.

Dengan berat adit harus berusaha melupakan iis dan seseorang pun datang dalam kehidupan adit. Sore setelah adit pulang kuliah sambil beristirahat ada pesan yang ia terima, “sore adit lagi ngapain ingat gak ma aku? Sejenak adit terheran ia tak tau pengirim pesan itu adit pun coba mencari tau denagn mengubungi no itu. Siapa ini yah? Masa lupa dit? Siapa yah aku ga tau nih? Aku ani dit, erna setiani, coba deh inget-inget. Adit terdiam dan mencoba mengingat ingat dan akhirnya diapun ingat akan sesuatu hal. Ooh iya ani yah, yang dulu kenalan di bis kota kan kalo ga salah kita masih satu daerah kan rumahnya? Hee..heee..pinter iya bener banget dit, kok masih inget ma aku hayo dipikirin terus yah? Kamu bisa aja an..kan kamu yang ingetin aku tadi, gimana kabar kamu? Baik dit, kamu giaman? lagi kuliah aja yah? Aku juga baik an, enggak an lagi dikost aja. Maksudku kamu lagi nglanjutin kuliah habis kursus, giama sih kamu dit? Hee..hee…iya an, kamu sekarang dimana? Aku di Jakarta dit, lagi kerja sambil kuliah aja. An kalo ga salah kamu yang dulu nangis ketinggalan angkot kan..he..hee… Ah ngledek kamu dit aku kan takut ga bisa pulang tau…!!! Untung ada aku yak kan an…yeee gr banget kamu dit ga ada kamu aku juga bisa pulang. Udah dulu ya dit kamu ngledek terus sih.hee…hee enggak kok dit aku mau berangkat kuliah nih besok deh disambung lagi. Iya deh an kapan-kapan di sambung yah. Iya makasih yah daaaahh…adit.
Hari itu terlihat berbeda buat adit ia mulai bisa bercanda dan tertawa lepas setelah lama termenung. Ani adalah seseorang yang tak sengaja adit kenal beberapa tahun lalu. Malam harinya giliran ani yang menghubungi adit, beberapa kali telepon adit berdering namun adit tak tau karena keasyikan mendengarkan musik namun akhirnya adit mengangkat telpon ani. Iya an…hey lama banget ngangkatnya hayo lagi ma sapa? Ah enggak kok tadi aku ga denger hp’ku bunyi soalnya lagi dengerin musik. Ohh..kirain eh iya dit ganggu gak aku telpon ntar ada yang marah lho..? ah enggak an kamu ga ganggu kok ga ada yang marah an, kamu kali awas ntar cowo kamu tau marah lagi.hee..hee.. yeeh enggak lah aku ga punya cowo kok mana ada cowo yang berani marahin aku.hee…wah kamu galak yah jadi pada takut semua?? Enak aja siapa yang galak, ntar ga ada yang mau ma aku.. kamu ga pergi dit besok kan libur ngapel kek apa kemana gitu? Enggak ah an sapa yang mau diapelin? Yah penjual pecel lele atau penjual nasi goring gitu..hee..hee.. yah sial kamu an gentian nih ngledek? Hee..hee sory sih dit habis dulu kan kamu suka banget ma makanan itu ya kan!! Eh dit mang kamu ga punya pacar kayaknya suntuk banget gitu? Pernah ada sih an? Lho kok pernah ada mang dah enggak? Iya an baru empat bulan lalu kami putus. Ehh..sory dit aku ga tau jadi ngingetin kamu yah.. ga apa an, mang masih inget kok.hee..hee. Duhh..duh masing ngarep nih yee… yah gitu lah kira-kira an. Hmm gini nih kamu sih suka ngira-ngira jadi putusnya ya. Eh dit bulan depan aku pulang lho mau ga kamu temenin aku jalan-jalan, kamu pulang yah mau gak? Ya coba deh an besok lihat kalo bisa pulang aku pulang kok, kamu kabari aja kalo mau pulang.. ok deh adit besok aku kabari yah. dah dulu yah dit mau ke tempat temen nih, sana kamu ngapain biar ga suntuk gitu. Iya deh makasih yah an.. iya dit sama-sama.

Dan Adit pun semakin dekat dengan ani, adit mulai suka dengan cara ani ngobrol padahal belum lama mereka kenal namun mereka nampak telah lama kenal. Namun adit masih saja mengharapkan iis untuk dapat kembali menjalani apa yang telah retak dan menyatukannya kembali.
Tak pernah di sangka ani menyembunyikan hal yang begitu lama tersembunyi, sejak pertama bertemu ternyata ani telah suka ma adit. Ani tak tau bagaimana agar adit tau perasaannya, diapun takut adit telah dimiliki seseorang dan kepulangan ani adalah salah satu tujuannya agar adit tau perasaannya ternyata ani akan mencoba mengungkapkan pada adit.
Satu bulan yang terasa begitu lama bagi ani dan terasa cepat bagi adit. Akhir pecan bulan itu ani mencoba menghubungi adit, Sore dit lagi ngapain? Lagi di kost an aku mau pulang nih kerumah kebetulan sabtu minggu libur. Wah kebetulan banget nih kayaknya sabtu sore aku dah dirumah dit, kamu main ya dit mau gak? Gimana ya an, apa kamu ga capek? Enggak dit kan paginya istirahat dulu main yah dit? Iya deh an, besok malem aku main deh kerumahmu. Makasih dit ya udah kamu hati-hati ya di jalan aku juga mau siap-siap nih nanti sore aku juga pulang. iya deh an kamu juga hati-hati yah, ok dit.

Setelah beberapa bulan atau hampir satu tahun lamanya akhirnya ani dapat bertemu dengan adit, ani pun tak mengerti sejak pertama kali bertemu adit dan sejak itupula ani memendam harapan. Namun ani juga memendam keraguan apakah adit bisa menerima perasaannya keraguan ani cukup beralasan karena setelah berkenalan dan cukup lama adit belum pernah menghubungi ani. Ani tetap bertekat liburan ini ia harus bisa berbicara pada adit.
Sabtu sore adit menepati janjinya menemui ani rumah ani tak terlalu jauh dari tempat adit kira-kira 20 menit adit sampe tempat ani. Sejenak berhenti adit menghubungi ani, sore an…ak dah didepan rumah kamu nih boleh masuk gak? Udah nyampe dit!!! Kok ga ngomong dulu sih… kan kemaren dah ngomong jadi langsung aja ketempatmu.he…he… Hmm…dasar adit, ya dah tunggu bentar yang aku keluar. Tak lama ani membuka pintu rumahnya, ani kaget melihat adit akhirnya ia benar-benar melihat wajah adit kembali dengan sedikit malu ani menyapa adit. Hey…dit maaf yah nunggu.. iya gapapa an, lama yah ga liat kamu sekarang berubah? Ah..enggak dit biasa aja kok masih kaya dulu kan? Enggak an, dari cara kamu ngomong sekarang kamu kayaknya dah ga cengeng lagi nangis di pinggir jalan kaya dulu.he…heee… Hmm…terus ledek aja ampe puas, siapa juga yang cengeng baru liat aku nangis sekali kan..yeee.. masuk aja yuk dit ngobrolnya di dalem aja. Dengan langkah pelan adit masuk kerumah ani. duduk dit sapa ani. Iya makasih, mau minum apa dit? Ga usah an seadanya aja.hee… uuuhh..dasar adit, bentar yah.
Hey..bengong aja dit, nih minum dulu kan cape habis jalan. iya an makasih, ngomong-ngomong kok sepi pada kemana? Kebetulan lagi pada kerumah kakek dit jadi sepi deh.. gimana dit kuliah kamu? Baik-baik an, kamu gimana an hampir satu tahun ga kasih kabar? Ya gini lah dit aku mau telpon kamu tapi takut ganggu kamu nanti. Yah ganggu kenapa telpon aja an kalo sempet aku kan lupa no kamu. Hayo lupa atau nglupa nih..hee… enggak an lupa bener dulu ga aku simpan tapi kayaknya no kamu ganti ya? Iya dit aku ganti, no kamu gag anti-ganti hayo ada siapa tuh? Ga mau ganti. Yah enggak an males ganti-ganti aja.
Oh iya dit kemaren kamu ngomong habis putus ma cewe kamu yah? Dan tak sengaja ani menyinggung perasaan adit, sejenak adit terdiam. Upst sory dit maaf deh salah yah aku ngomong? Ga apa an semua dah terjadi kok. Kayaknya kamu berat banget kehilangan dia dit, yah aku tau dit perasaan kamu kalo kamu masih suka kenapa gak ngomong ke dia? Belum bisa an, dia mungkin dah bahagia dia sana aku takut menghalangi kebahagiaanya. Ya udah dit ga usah dipikirin dulu tuh kan kamu jadi sedih gitu, masa cemen gitu sih?..hee… waduh kamu nih an ngledeknya yah,!!! iya dit sory becanda aja kok , dah berapa lama dit putusnya? Udah hampir tujuh bulan an. Oh..dah lumayan lama yah, boleh dong aku ngomong? Ngomong apa an? Eh..enggak dit becanda kok. Tak sengaja ani mencoba berbicara namun ia membatalkan ia masih ragu akan keberaniaanya. Yah kirain mau ngomong apa an? Wah an aku pamit dulu yah dah mulai malem nih? Kok buru-buru dit baru jam setengah delapan? Yah kan dah dari sore si tempat kamu.. Ya udah deh hati-hati ya dit, makasih lho dah main. Iya an sama-sama. Dit ? ya..besok jadi kan? Jadi apa an? Yah lupa deh..kan kamu janji mau nemenin aku jalan-jalan..? oh iya an sory aku lupa ya udah jam berapa besok aku jemput? Jam sembilanan aja ya dit bisa kan? Bisa an besok deh aku jemput,ya dah aku pulang dulu yah? makasih dit, jangan lupa besok yah?hee…

Malam itu ani coba berpikir cara tepat untuk bicara pada adit, ia bertekat menghapus masa lalu adit dengan kehadirannya. Tekatnya begitu mmebulat hingga iya tak tau bahwa adit masing sangat mencintai iis.
Di sisi lain adit memikirkan kata-kata ani sore itu, bener juga yah kata ani kalo aku masih suka iis kenapa ga ngomong aja. Tapi gimana yah mau ga yah iis? pokonya aku harus yakin aku harus cepet ngomong sebelum terlambat. Gimana yah, oh iya aku tanya ani aja besok dia kan cewe pasti tau lah gimana perasaan cewe. Adit tak tau bahwa pikirannya akan berlawanan dengan ani, yah inilah dilemma kehidupan tak pernah sama namun tak sedikit juga yang merasakan sama. Hingga ke esokan pun tiba…
Pagi an..!! pagi juga dit. Gimana an mau jalan-jalan kemana nih? Aku anter deh, hmm..makasih dit, gimana kalo ke waduk sempor aja dit kan enak ngobrol sambil main air? Boleh an lama juga ga kesana nih. Sesampainya disana ani coba untuk menyinggung perasaan adit, dit aku boleh gak ngomong sesuatu ma kamu? Boleh an aku juga mau nanya ma kamu an? Wah mau tanya apa nih dit? Kamu aja duluan an nanti aku terakhir aja. Iya deh dit aku ngomong yah, dit mungkin kamu ga percaya atau mungkin malah kamu anggap mustahil tapi ini nyata dit. Secara gak kamu sadari dari awal pertama ketemu kamu aku mulai suka dit ma kamu, aku juga ga tau dit rasa itu tiba-tiba aja muncul sekian lama dit aku tahan perasaanku aku takut untuk bicara ma kamu. Sekian lama aku tunggu saat-saat ini walaupun maaf ya dit kamu belum lama baru putus tapi aku gak bermaksud memanfaatkan keadaanmu aku gak tau lagi harus gimana, aku udah lega dah bisa terus terang ma kamu dit. Mau kamu member harapan buat aku dit? Adit tak menyangka semua akan seperti ini padahal dia ingin bertanya perihal iis kepada ani. Harus bagaimana aku, aku tak bisa secepat ini melukainya namun aku juga tak bisa memberikan kebohongan kepadanya dia terlalu baik untuk di sakiti. Dit gimana sekarang semua terserah kamu? Gimana ya an, aku belum bisa menjawabnya aku takut terlalu cepat mengambil keputusan baiknya kita jalani dulu semua ini an biar tau perasaan masing-masing.
Iya dit aku ngerti perasaan kamu aku juga ga bisa memaksa, aku akan tetap nunggu kamu dit apapun itu sampai kamu mau buka hati buat aku. Nampaknya adit semakin kebingungan mendengar perkataan ani ia berfikir secepat mungkin harus mengambil keputusan namun tidak untuk saat itu. oh iya dit, tadi kamu mau nanya apa? Ah, enggak an aku cuma mau nanya kapan kamu balik ke Jakarta? Oh.. minggu depan dit kenapa mau iktu?he… enggak lah an aku kan kuliah juga. Iya ..iya dit kirain mau nanya apa? Aku jadi canggung ngomong ma kamu an, kok bisa sih yah? hmmm… biasa aja lah dit, siapa sih yang tau perasaan orang dit dan apa yang akan tertakdir padanya, sama halnya cinta dit tak tau kapan datang dan perginya. Iya sih an, ya udah tapi jalani dulu apa adanya ya an aku ga mau salah ambil keputusan. Iya dit dah nyante aja aku ngerti kok, aku dah seneng kok kamu mau ngertiin aku dit. Dit dah mau sore nih pulang yuk aku ada janji ketempat temen lama nih gak main, ya udah kita pulang yah.

Dua sisi yang berbeda dimana ani dah berhasil mengungkapkan perasaanya dan dia percaya adit akan memberinya harapan. Disis lain adit semakin bingung iis masih melekat dihatinya ia masih mencintai iis, disisi lain ada seseorang yang rela menunggunya selama itu.
Dan adit pun harus kembali kuliah, sementara ani menghabiskan sisa liburannya. Semua terus berjalan sekian lama mereka semakin sering berkomunikasi, namun di sela itu mereka masing-masing menyembunyikan sesuatu. Adit masih terus mencintai iis meskipun ia tak tau perasaan iis waktu itu, sementara itu ani di samping ia rela menunggu adit selama itu ada juga seseorang yang rela menunggu ani untuk membuka hatinya. Berkali –kali seseorang itu mencoba membuka hati ani bahkan lebih lama dari waktu ani rela menunggu adit sampai-sampai ani kehilangan akal untuk menyangkalnya namun rasa cintanya kepada adit membuatnya mengerti cinta tak pernah bisa dibohongi.

Di lain hal adit masih mencoba untuk mengatakan kepada iis bahwa ia masih mencintainya, hingga tiba suatu waktu adit menyakinkan dirinya untuk mengatakan kepada iis. sore itu adit libur dan ia berniat menghubungi iis. Met sore iis, lagi dimana bisa gak ngobrol bentar? Bisa dit aku lagi libur kok. Wah kebetulan dong iis, giaman kabar kamu lama nih gak denger kabarnya? Aku baik-baik aja dit, kamu gimana dit kemana aja nih? Aku juga baik-baik iis, aku mau telpon takut ganggu kamu iis? enggak lah dit kalo ada waktu telpon aja dit. Iis aku boleh gak ngomong? Iya dit mau ngomong apa? Dari mana yah aku harus jelasin, tapi jujur iis aku masih mencintai kamu aku tak pernah mampu untuk melupakanmu iis terlalu berat kehilangan semua buat aku iis, mau kah kamu membuka kembali semua itu iis? Aku gak bisa dit. Kenapa iis? adit terheran secepat itu iis menjawabnya. Apa udah ada seseorang lain iis? aku ga tau dit tapi memang ada seseorang yang begitu baik kepada ku, hampir tiap pagi ia menjemputku berangkat kerja bahkan ia sempat mengungkapkan perasaannya padaku, namun tak secepat itu aku menjawabnya. Maafin aku juga dit aku gak bisa untuk kembali jalanilah apa adanya dit biarkan takdir yang menjawabnya, udah ya dit aku ada janji di sambung besok lagi ya dit.
Adit hanya terdiam tanpa menjawab sapaan iis dan iis pun telah menutup telponnya. Adit terkejut ia tak percaya begitu cepat perubahan pada iis tanpa menghiraukan perasaannya iis berterus terang apa yang telah terjadi kepadanya tentang seseorang yang mendekatinya. Terbesit pikiran dalam benak adit yang cukup membuatnya tak berdaya, apakah ia tak lagi benar-benar mencintaiku begitu mudahkah ia melupanku dan apakah cinta itu? bila mudah untuk dilupakan. Dan adit tetap bertekat untuk mencintai iis apapun yang terjadi.

Akhirnya harus memilih….
Ada seseorang juga yang sedang dalam kebimbangan menunggu jawaban adit, setelah beberapa waktu mencoba member adit kesempatan untuk berfikir. Ani juga merasakan kebimbangan ia berniat berbicara lagi kepada adit. Selang satu hari setelah adit berbicara kepada iis, ani mengirim pesan kepada adit untuk menghubunginya, “ dit telpon aku yah?”, dan tak lama adit menghubungi ani. Iya an ada apa? Kamu kenapa dit kok ga semangat gitu, aku ganggu yah atau ada masalah? Enggak kok an kamu gak ganggu aku baik-baik aja. Dit harus berapa lama lagi aku menunggu? Maksud kamu an? Iya udah selama ini aku menunggu keputusan kamu aku udah coba kasih waktu buat kamu berfikir, aku pengen ada keputusan dari kamu?! Tapi an aku gak bisa.. ok dit aku tunggu sampe kamu bisa..!! tapi an? Pokoknya aku tetep tunggu, titik. Dengan secepat itu ani menutup telpon adit, sepertinya ani kecewa akan sikap adit.
Adit semakin bingung akan hal yang di hadapinya, ani tetap kokoh menunggunya sementara adit juga kokoh mencintai iis. Adit tak bisa berlama-lama membuat ani terluka secepat mungkin ia akan berbicara pada ani. Namun adit masih terus mencoba meneruskan cintanya pada iis, “iis aku tak tau cara melupakanmu, cinta ini semakin erat ku genggam setelah apa yang telah terjadi. Beri aku kesempatan iis” itulah bunyi pesan adit kepada iis. Beberapa jam kemudian iis menghubungi adit, hey dit…iya iis.. lagi apa dit? Lagi tiduran sambil nunggu balesan pesan dari kamu eh malah kamu telpon. Dit aku ga tau gimana ngomongnya, lupakan lah aku dit.!! Tapi iis kenapa? Carilah yang lebih baik dari aku dit. Sampai kapan aku temukan iis jika aku selalu mencari yang terbaik? Kenapa kamu ga ngerti perasaanku iis? iya dit aku ngerti tapi maff aku ga bisa. Iya iis tapi kenapa? Aku ga mau kamu kecewa dit, belum lama kakaku memilihkan seseorang untuk mendampingiku memang dia baik tapi aku belum bisa dit untuk secapat itu, tapi aku ga tau tiga atau empat tahun lagi jika masih ada kesempatan aku ingin menyegerakan. Karena itulah aku ga mau kasih harapan sia-sia padamu dit lebih baik kamu selesaikan kuliah kamu. Tapi iis kita ga pernah tau kana pa yang akan terjadi nanti? Karena itulah aku tak mau ceroboh mengambil keputusan. Tapi aku akan tetap mencintaimu dan menuggu kamu iis…terserah kamu dit tapi jangan sesali apa yang akan terjadi dit….!!! Aku akan lebih menyesal jika aku menyerah hari ini iis… baiklah dit terserah kamu tapi aku gak mau ngasih harapan semu padamu..! biarah iis, biarkan aku mencari harapan itu. baiklah dit itu keputusan kamu.

Begitu berat keputusan adit, waktu terus berjalan ia selalu memikirkan kata-kata iis tiga tahun yang akan mengawali atau bahkan akan mengakhiri segalanya semua yang dinantinya. Walaupun tak pernah tau apa yang akan terjadi namun sungguh perkataan iis membuatnya tak berdaya. Adit tak sanggup membyangkannya. Sementara telah ada seseorang yang rela menunggunya namun cinta bukanlah pilihan kata, perasaan dan takdir lah yang menentukan pilihan cinta. Akhirnya adit harus berterus terang kepada ani bahwa ia masih tetap mengharapkan iis meskipun tak pernah adit tau seberapa mungkin harapannya itu.
Sekian lama ani menanti jawaban adit, hingga ia harus merelakan penantinannya itu dengan berat hati adit harus berkata dan dengan sangat berat ani menerima keputusan adit. Senja itu menjadi akhir penantian ani, “met sore an sibuk gak aku mau bicara nih? Enggak dit ngomong aja dit. An sekian waktu aku coba untuk memahami, trimakasih an kamu dah rela buat nunggu aku maafkan aku an membuatmu kecewa. Aku gak bisa member kamu harapan an, berat untuk aku mengataknnya namun aku harus jujur an aku masih mencintai iis. Maaifin aku an.. Oh..jadi ini dit jawaban dari semua penantianku kamu masih suka sama mantan kamu kan, kenapa ga dari dulu kamu ngomong? Lalu mana hasilnya kamu rela nunggu sesuatu yang ga pasti sementara ada seseorang yang mencintai kamu dit, apa kamu ga menyadari dit aku ada menintaimu. Iya an aku tau, kamu mencintaiku tapi cinta bukanlah kebohongan... Kenapa ga dari awal kamu ngomong dit??? Maafin aku an, aku ga mau buat kamu terluka..oh.. gitu dit lalu apakah sekarang kamu gak buat aku terluka dit??? Apakah kamu tau dit jauh dari perasaanku padamu ada seseorang yang rela selama dua tahun menanti hadirnya cintaku dit, dia baik dit sangat baik untuk di sakiti tapi rasa cintaku padamu yang mampu menahanya, namun apa sekarang hasilnya dit..apa dit??? Maafkan aku an, ini sudah menjadi pilihanku sudah ku tentukan pilihan cintaku. Semua belum terlambat bagimu an jika ia sungguh-sungguh ia tetap masih menantimu an, gapailah cintanya an dia lebih pantas kamu cintai dengan perjuangnya selama ini. Biklah dit, aku kecewa sama sikap kamu dit tapi aku juga hargai kejujuran kamu, namun aku juga tak bisa mencintainya dit aku akan mencari cintaku sendiri seseorang yang benar-benar aku cintai, meskipun aku tak bisa bersamammu aku juga tak bisa menerimanya dit. Terimakasih untuk semuanya dit, carilah harapanmu dit tak ada yang sia-sia terimalah karena takdir dit dari pada berputus asa itulah yang sia-sia. Selamat menjalankan kehidupan kita masing-masing dit, makasih buat semuanya. Hanya tuhan yang mampu membalas kebikkanmu an, maafkan aku an. Udah lah dit semua udah terjadi, baik-baik disitu dit aku butuh waktu mungkin beberapa hari ini aku ga bisa dihubungi. Perjuangkanlah harapanmu dit sampai ketemu lagi ya dit…

Inilah kehidupan dan cinta itu semua tak bisa diperkirakan, datang dan pergi adalah misteri baginya. Kita hanya bisa menjalani tanpa bisa menentukan karena telah ada yang men’takdirkan kehidupan kita masing-masing. Semua adalah sementara bukan milik kita selamanya, maka jagalah dengan baik apa yang kita miliki sentuhlah dengan ketulusan dan kejujuran. Terimalah karena takdirmu jangan sia-siakan semua karena menyerah dan berputus asa……

Ini telah menjadi keputusan adit dan cinta yang terpilih adalah cintanya kepada iis, ia tak tau apa yang akan terjadi meskipun waktu tak pernah memberikan kepastian apakah takdir akan menyatukan ia dengan iis atau bahkan akan memisahkannya, inilah misteri yang kuasa.

Rona merah di sisi senja menjadi tabir kenangan bagiku dan dirinya…
Dan gelap akan segera menyelimutinya…
Hingga rintik hujan menyejukkan dahaganya…
Jiwa yang dulu berkelana, terus berdiri tegak menegaskan harapannya…
Sampai butir-butir air mata menjadi berlian yang berharga…
Dan kenangan menjadi sejarah yang tak akan terlupakan…


Sekian...